Selasa, 30 Desember 2008

Cerito Ceritonan

Other Side

Other Side

Other Side

Dahulu kala, ada sebuah negeri indah bernama Pearl Green. Negeri itu mempunyai alam yang sangat indah dan kaya. Hutan yang luas terbentang dan berwarna hijau, cuaca yang cerah dan pemandangan yang indah. Saat itu, negeri ini dipimpin oleh seorang Raja yang dicintai, dihormati dan dipercayai rakyatnya. Negeri itu begitu tentram dan makmur saat dipimpin oleh Sang Raja.

Sampai suatu ketika, kebenaran terungkap. Sang Raja, yang sangat dipercayai rakyatnya, melakukan pengkhianatan. Ternyata kemakmuran yang ada saat itu hanyalah semu semata. Sang Raja banyak ‘meminta bantuan’ pada negeri lain sehingga ‘bantuan’ yang diterima negeri mereka semakin bertumpuk. Ironisnya, sebagian besar harta itu digunakan untuk memperkaya keluarga kerajaan. Rakyat negeri itu sangat kecewa. Terluka mengetahui pengkhianatan Sang Raja dan hilang asa menyadari kehancuran negeri mereka yang datang tiba-tiba.

Sejak saat itu, kedamaian seolah enggan bertandang di Pearl Green. ‘Golongan Terpelajar’ yang ada di Pearl Green melakukan reformasi. Mereka turun ke jalan-jalan menuntut Sang Raja untuk diadili dan diturunkan dari singgasananya. Huru-hara, kerusuhan terjadi sepanjang waktu. Rakyat yang telah begitu terluka, mendukung sepenuhnya aksi ‘golongan terpelajar’ ini. Akhirnya Sang Raja turun dari tahtanya dan akan segera diadili. Tetapi bencana tidak berhenti begitu saja.

Saat ini, kondisi negeri Pearl Green sudah cukup tenang. Kedamaian mulai singgah di negeri yang pernah terluka ini. Dan sampai detik ini, mantan Raja terdahulu yang pernah melakukan pengkhianatan belum juga diadili. Selalu ada alasan untuk menghindari pengadilan. Dan Raja serta pembantunya yang sekarang seolah tampak takut untuk mengadili.

Situasi ini, tentu saja, membuat ‘golongan terpelajar’ saat ini resah. Mereka merasa keadilan belum ditegakkan. Ketiadaan tindakan tegas dari kerajaan memicu emosi terpendam mereka. Apalagi ada kabar bahwa ada kemungkinan mantan raja tidak akan diadili. Akhirnya amarah pun tersulut.

Protes pun dilancarkan. Mereka berteriak-teriak dan membawa tulisan-tulisan di jalan-jalan. Baik di jalan dekat Istana Kerajaan maupun di jalan-jalan di daerah yang jauh letaknya dari Istana. Mereka serentak menuntut agar mantan raja segera diadili. Mereka memprotes kebijakan kerajaan dan meneriakan keburukan-keburukan mantan raja. Mereka semua tampak begitu bersemangat dan penuh emosi.

Di dalam kerumunan hangar binger itu, ada seorang yang membawa tulisan-tulisan tapi terlihat tidak bersemangat. Dia adalah anggota baru ‘golongan terpelajar’ dan masih hijau di dalam kelompok itu. Namanya adalah Hata. Terlihat dari wajahnya, bahwa Hata tidak bisa memahami perilaku teman-temannya. Ia, tentu saja, sama dengan anggota yang lain sangat setuju bahwa mantan raja harus diadili. Tapi yang tidak bisa dipahaminya adalah kenapa harus dengan meneriakkan keburukan-keburukan mantan raja. Seolah mantan raja adalah iblis terjahat yang tidak memiliki satu kebaikan pun di hatinya.

Bagi Hata, tidak ada orang jahat sempurna sebagaimana tidak ada orang baik baik sempurna. No body is perfect. Errare humanum est. Kebingungannya itu membuatnya berdialog dengan anggota lain setelah aksi protes berakhir.

“Apakah ketika kita melakukan aksi harus menyampaikan kejelekan yang kita protes?” Tanya Hata.

“Ya iyalah… dengan begitu kan masyarakat tahu dasar kita melakukan aksi” Jawab temannya.

“Tapi bukankah itu akan menyakiti hati mantan raja?” Tanya Hata lagi.

“Itu adalah ganjaran yang harus diterimanya! Bukankah dulu dia juga menginjak-injak hati rakyat?” Kata temannya dengan tegas.

“Tapi… apakah dengan diadili saja tidak cukup untuk menebus kesalahannya? Lagipula mantan raja juga sering sakit-sakitan. Bukankah itu semacam karma baginya?” Kata Hata.

“Dia sudah membawa negeri Pearl Green kita ke ambang jurang! Wajar aja ‘kan kalau dia sangat menderita? Mata harus dibayar dengan mata!”

“Namun, dulu ketika mantan raja masih memimpin, bukankah kita juga pernah bahagia? Bukankah Pearl Green kita juga pernah berada di puncak saat kepemimpinan mantan raja?”

“Benar. Tapi dia juga sudah menghancurkan segalanya! Perekonomian kita, negeri kita dan hati rakyat Pearl Green!” Jawab temannya dengan sengit.

Hata mengakhiri dialog bersama temannya itu dengan anggukan tanda mengerti. Meskipun dalam hatinya, ia tidak memahaminya. Baginya dalam diri manusia selalu ada sisi baik dan sisi jahat. Dan, sungguh tidak adil ketika orang hanya dilihat sisi jahatnya. Seolah kebaikannya tertelan oleh kejahatan tanpa sisa.

Hata setuju dengan teman-temannya bahwa mantan raja bersalah dan harus mendapat hukuman. Tapi tidak seharusnya kebaikan yang pernah dilakukan mantan raja dianggap tiada. Selain itu Hata juga tidak begitu senang dengan sikap teman-temannya yang secara tidak langsung ‘mengadili’ mantan raja. Hata hanya berpikir : Apa hak kita sehingga kita bersikap ‘mengadili’ seseorang? Padahal kita sendiri tidak pernah lepas dari kesalahan dan kejahatan. Dan kadang ketika kita bersikap ‘mengadili’, kita sering menempatkan diri kita sebagai manusia tanpa noda. Memang, gajah di pelupuk mata tak tampak sedang kuman di seberang lautan tampak jelas.

Yang selalu terngiang di kepala Hata adalah There is no revenge so complete as forgiveness. Berbuat salah adalah satu hal yang sangat msnusiawi. Dan memaafkan juga merupakan satu hal yang seharusnya dilakukan. Memang ‘maaf’ tidak bisa mengubah masa lalu tapi ‘maaf’ juga memperluas kemungkinan di masa depan.

Hata berpikir seharusnya ketika seseorang sudah mendapat hukuman, maka sejak saat itu kita harus berusaha memaafkan orang itu. Menurut Hata mungkin kemarahan dari rakyat dan ‘golongan terpelajar’ disebabkan juga oleh ketidakcakapan pihak kerajaan dalam menangani masalah pengadilan mantan raja. Mungkin setelah pengadilan dilakukan dan hukuman telah dijatuhkan, kemarahan akan pergi dan pengampunan akan hadir di bumi. Karena ‘golongan terpelajar’ pasti berpikir setidaknya keadilan sudah mulai ditegakkan di bumi Pearl Green.

Harapan akan kedamaian telah dirasakan Hata berada dalam hati tiap rakyat Peral Green. Dan kedamaian tidak akan menapakkan kembali kakinya ke Pearl Green sebelum kemarahan terbang jauh. Ketika kedamaian hadir di bumi Pearl green dan di jiwa rakyatnya, maka sayap asa akan kembali membentang. Sayap yang akan membawa kita terbang melihat langit sekali lagi. Dan menciptakan negeri Pearl green yang indah. Seindah namanya : Permata Hijau. He..he…

--------------------------------------------------JarfaX--------------------------------------------------


1 komentar:

  1. Wah cerito opo iki, Rak ono lucu2 ne babar blas...
    Terlalu "tinnggi" penjelasane

    BalasHapus